(Ambin Demokrasi)
OIeh: Noorhalis Majid
Satu hal yang diprotes dan dipertanyakan warga terkait normalisasi kanal Veteran, adalah rencana akan dibagunnya pintu air yang berfungsi sebagai pengendali banjir.
Bahkan pintu air tersebut akan dibangun pada 3 lokasi sungai secara bersamaan, yaitu sungai Veteran, Sungai Tidur dan Sungai Muara Kelayan. Begitu informasi yang kami dapatkan dari BWS Kalimantan, dalam satu forum diskusi.
Kenapa gagasan tersebut diprotes dan bahkan ditolak warga? Karena terlihat nampak terburu-buru, kurang kajian dan pendalaman, terutama terkait potensi serta karakter sungai di Banjarmasin.
Layaknya suatu proyek berbasis lingkungan, mestinya dilakukan kajian komprehensif, termasuk menggali berbagai kearifan lokal, yang mungkin saja lebih memahami karakter dan tipologi lahan gambut, termasuk dengan melakukan evaluasi terhadap berbagai pintu air yang sudah dibangun di kota Banjarmasin.
Setidaknya, ada dua pintu air yang sudah dimiliki dan ternyata kurang berfungsi sebagai pengendali banjir, yaitu pintu air sungai Tatas, dan pintu air sungai Belasung, yang lokasinya persis di samping Balai kota Banjarmasin. Kedua pintu air ini layak menjadi perbandingan dan bahan kajian.
Kearifan lokal mengajarkan, ketika air pasang, air tidak hanya mengalir melalui aliran sungai, handil, anjir, saka dan kanal, tapi juga melalui tanah gambut yang berongga, sehingga menghantarkan air menembus tempat-tempat terendah yang dapat digenanginya. Kalau pun ada pintu air, maka air yang merembes melalui tanah, akan mampu melewati dan melampaui pintu air tersebut, yang menyebabkan tidak berfungsi sebagai pengendali banjir.
Berdasarkan kajian apa dan dimana, sehingga pintu air pada lahan rawa gambut seperti Banjarmasin dapat berfungsi maksimal? Itulah yang menjadi pertanyaan warga, karena warga dengan segala pengalaman dan kearifan lokalnya, memahami karakter sungai serta lahan yang ia tempati.
Itulah pentingnya kajian serta pelibatan para pihak, termasuk para pemangku kepentingan, terutama yang sangat memahami karakteristik lahan yang ada di Banjarmasin.
Akhirnya, dari pada membangun pintu air yang pasti menelan anggaran sangat besar, yang kemudian tidak berfungsi maksimal serta menghambat transportasi sungai. Lebih baik dananya dipindah untuk memperlebar kanal veteran yang sedang dibangun, Semula hanya 8 meter, setidaknya bisa diperlebar menjadi 10 atau 12 meter.
Dengan luasan sungai lebih lebar, akan menjadi potensi wisata yang sangat menarik. Dari pada sekedar membangun parit besar, terhalang pintu air, dan berlum tentu berfungsi maksimal. Atau bahkan pintu air tersebut menjadi mubazir. (nm)